Corgito Ergo Sum
Salam sejahtera bagi kita semua, semoga kita semua selalu berada di pihaknya Tuhan.
Beberapa hari lalu, ada kawan saya seorang Katholik, mengirim foto ini :
Kawan itu bilang, “sedih lihat ini lae”
Setiap bulan Desember, setiap tahunnya pasti selalu ada ucapan-ucapan maupun tulisan-tulisan seperti ini. Salah? Mungkin tidak.
Penulis tidak akan mengatakan mana salah mana benar. Mana yang harus di ikuti mana yang tidak diikuti. Atau bahkan mendikte para pembaca agar para pembaca menjalani suatu cara tertentu dalam menanggapi fenomena tersebut. Penulis hanya ingin menyuguhkan kepada pembaca mengenai suatu pemahaman, pemahaman ngawur tapi masuk di akal, pemahaman ini bernama “utang rasa”. Pemahaman tersebut di perkenalkan oleh seorang budayawan wahid masa ini, Sudjiwotedjo.
Utang Rasa pertama kali di jabarkan oleh beliau via twitter tertanggal 26 April. Untuk memahami nya, berikut kultwit nya :
1. #UtangRasa ndak harus ama org terkenal, dan nggak harus artis, ama politisi dan lain-lain juga bisa
2. Kamu mask lift, di dalamnya ternyata ada perempuan yg rambut wajah dan dandangannya membuatmu kembali bergairah kerja, kau #utangrasa
3. Di macet Jkt, kau suntuk, putus asa, tiba2 lihat betis indah melangkahi jembatan penyebrangan, gairah hidupmu bangkit, kamu #utangrasa
4. Seburuk2nya Pak Harto, kamu pernah merasa bangga lihat senyum dan lambaiannya yang gagah di tangga pesawat sblm ke LN, kamu #utangrasa
5. #utangrasa ke org terkenal malah lebih gampang, kita mengingat wajah dan namanya pas salam terakhir sembahyang … Ke orang tak dikenal?
6. Kita lebih mudah terbersit Basuki Srimulat yg pernah meng #utangrasa -i kita dgn cekakakan, pas salam terakhir sembahyang misalnya
7. #utangrasa kita pd penemu mur dan baut yg sampai sekarang tak jelas siapa? Gimana caranya kita khayalkan pas salam terakhir sembahyang?
8. Aku pakai istilah sembahyang (bukan shalat) agar lebih universal, setiap agama ada sembahyangnya …#utangrasa
9. Tanpa mur dan baut (mau kafir atau tidak penemunya) apa bisa kita naik haji dengan kapal dengan pesawat ? #utangrasa
10. Coba tunjukkan padaku barang apa yang tak mengandung penguatan mur dan baut, hampir tak ada #utangrasa
11. Alharhum Uje pun dalam berceramah ttg Islam, menggunakan mik yg penuh mur dan baut yang mungkin tak ditemukan oleh muslim #utangrasa
12. #utangrasa lah yang membuat kita tak menyombongkan agama masing2, karena semua umat bergama berjalinkelindan dlm utang rasa
13. Siapa yang liurnya kemecer begitu lihat tahu gejrot? Makanan khas Cerbon ini gerobaknya mengandung mur dan bauuuuut #utangrasa
14. Sama2, Cuk. Makasih semuanya. Aku juga penuh #utangrasa pada kalian…mau seagama maupun bukan…jadi knp agama A antiagama B antiagama C dll?
15. Bahwa sesungguhnya, ketika kau berpekik2 antiagama lain, terkandung mur dan baut dalam mikrofonmu yg mungkin temuan umat lain #utangrasa
Ngawur? Aneh? Bingung? Jelas. Karena begitulah sifat beliau.
Bagi saya pribadi, luar biasa saya terpana dan tidak bisa berkata kata setelah membaca tulisan beliau. Saya piker, wah selama ini bangsa Indonesia ini mikir terlalu kejauhan tentang Bhinneka Tunggal Ika. Menurut kita selama ini terlalu sulit mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.
Lah wong ternyata, gak usah jauh-jauh, di sekitar kita setiap hari kita itu selalu bergumul kok sama ‘alat’ penciptanya Bhinneka Tunggal Ika. Mur dan baut!
Mur dan baut, siapa sih yang tau penciptanya? Mungkin seorang Muslim. Mungkin seorang Kristen. Mungkin seorang Zoroaster. Mungkin seorang Hindu. Mungkin seorang Yahudi. Bisa siapa saja dengan apapun agama dan iman nya!
Paus pemimpin umat Katholik, bagaimana beliau berbicara dengan rakyat Vatikan tanpa mur dan baut yang ada di mic nya?
Kruschev, tidak akan bisa memukul mukul podium di Sidang Majelis Umum PBB dengan sepatunya tanpa mur dan baut.
Al-Qaeda sekalipun kelompok ekstrimis Muslim tidak akan bisa menyebarkan kepercayaannya tanpa mur dan baut.
Lah, bahkan, Bagaimana pak Beye bikin album tanpa mur dan baut di studio nya?
Mengertikah pembaca? Kita semua, anda saya dan seluruh manusia di dunia ini, memiliki hutang pada pencipta mur dan baut yang kita tidak tahu siapa. Muncul tali-tali kasat mata yang menghubungkan kita semua. Dibentangkan oleh pencipta mur dan baut, mengikat kita semua. Kita semua tanpa terkecuali, kita semua berhutang pada pencipta mur dan baut. Utang rasa.
Dan hutang rasa tersebut menghubungkan semua umat manusia tanpa kita sadari.
Nih, saya masih punya contoh lain.
Kawan-kawan silahkan sekali-sekali pergi ke Rumah Sakit Carolus Borromeus. Walaupun dipimpin oleh biarawati, saya tidak tahu pasti hubungan rumah sakit ini dengan gereja, tapi dalam visi misi rumah sakit ini disebutkan pada kalimat pertama “Dalam terang dan semangat Iman Kristiani….”.
Rumah Sakit tersebut tidak pernah sepi, selalu penuh! Mengapa? Karena biaya rumah sakit tersebut termasuk murah dengan kualitas tinggi!
Tahukah kawan-kawan, mungkin 30% dari pengunjung ataupun pasien disana menggunakan jilbab artinya mereka seorang muslim. Dan saya yakin seyakin-yakinnya, dalam Rumah Sakit yang diterangi dan disemangati Iman Kristiani tersebut, mengurus semua pasiennya apapun agamanya dengan sama baiknya dengan harga yang terjangkau. Bukti? Rumah Sakit Borromeus memiliki sejumlah penghargaan nasional. Silahkan lihat sendiri di websitenya atau datang langsung ke tempatnya.
Dalam agama Islam misalnya dikatakan “Kita semua umat Muslim adalah saudara”. Tidak hanya di agama Islam, di tiap agama menyatakan seluruh manusia yang seiman adalah saudara.
Bayangkan saudara anda, dibantu oleh orang lain yang bukan saudara anda. Tentunya saudara anda akan berhutang dengan penolong nya. karena saudara anda adalah saudara, bukankah secara otomatis anda juga berhutang pada penolong saudara anda?
Misalkan anda seorang Hindu, saudara anda berobat pada seorang Muslim hingga sembuh. Saudara anda akan berhutang pada si penolong, begitu pula anda! Karena konsep dari persaudaraan itu tadi!
Sekali lagi kawan-kawan, hutang rasa!
Saya tidak menitikberatkan tulisan ini pada agama tertentu. Saya hanya ingin menjelaskan bahwa kita semua, apapun kepercayaan kita, semuanya terhubung dalam tali-tali kasat mata yang kita tidak sadari.
Kawan-kawan yang dalam imannya meyakini suatu hal, misalnya tidak mau mengucapkan selamat natal, itu tidak salah. Kebebasan beriman dilindungi langsung oleh konstitusi!
Tapi jangan kawan-kawan, agama apapun kalian, menghancurkan jiwa dari toleransi dengan mengeluarkan maklumat-maklumat yang menyakiti umat beragama lain. Sebab, kawan, atas dasar apa kita menyakiti orang lain?
Kita saling bergantung satu dengan yang lain.
Kita saling berhutang satu dengan yang lain.
Kita saling terhubung satu dengan yang lain.
Karena kita saling terhubung, bila seseorang menyebarkan 1 kebaikan pada 1 orang, kebaikan tersebut akan tersebar pada 2 orang, pada 4 orang, dan seterusnya hingga kebaikan yang kita lakukan akan dilakukan pula terhadap kita.
Begitu pula sebaliknya. Seseorang menyebarkan 1 kebencian pada 1 orang. Kebencian akan tersebar pada 2 orang, pada 4 orang, dan seterusnya hingga kebencian yang kita lakukan akan dilakukan pula terhadap kita.
Sebab kita saling terhubung. Kita saling terhubung dengan cara-cara luar biasa yang di laksanakan Allah.
Itu pilihan kalian. Mau menciptakan dunia yang bahagia atau dunia yang penuh kebencian, dimulai dari diri kita masing-masing.
Sebagaimana almarhum Nelson Mandela pernah berkata “No one is born hating another person because of the colour of his skin, or his background, or his religion. People learn to hate, and if they can learn to hate, they can be taught to love, for love comes more naturally to the human heart than its opposite”
Sekali lagi itu pilihan kalian. Tapi bagi saya, saya tidak mau keluarga dan orang-orang yang saya sayangi disakiti. Oleh karena itu, pilihan saya adalah menyebarkan kebaikan sebisa saya dalam segala wujudnya.
Sebagai manusia yang bukan manusia-setengah-hewan, saya menghormati mereka yang memberikan hutang kepada saya.
Semoga mur dan baut masih tetap menjaga ‘Bhinneka Tunggal Ika’
Sadarilah!
Selamat natal dan tahun baru.
Kama Sukarno
5,508 Comments