Cogito Ergo Sum

Terlepas dari perbedaan fisik, kita memiliki perbedaan pemikiran. Terhadap segala sesuatunya kita memiliki perbedaan pemahaman.

Bahkan pemahaman mengenai “Apa itu Demokrasi” pun kita semua memiliki banyak perbedaan paham.

Ada yang menyetujui Demokrasi, ada juga yang tidak menyetujui demokrasi. Kelompok yang menyetujui demokrasi, menyatakan bahwa ada berbagai jenis demokrasi. Juga memiliki berbagai macam makna tentang “Bagaimana Demokrasi itu dilaksanakan”.

Kita biasa mendengar slogan “Demokrasi itu dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat”. Oleh karena slogan itu, Pemilihan Umum (pemilu) dijadikan suatu cara untuk merealisasikan demokrasi.

Sama seperti perbedaan pemikiran mengenai Demokrasi, pemilu juga dimaknai secara berbeda oleh setiap orang. Ada yang pro pemilu adapula yang kontra pada pemilu. Bahkan ada yang secara ekstrem menyebutkan pemilu itu bertentangan dengan Pancasila!

Bagaimanapun juga kita bangsa Indonesia saat ini, suka tidak suka, kita memiliki 2 fakta :

  1. Terlepas dari segala macam perbedaan pendapat kita mengenai Demokrasi dan Pemilu, faktanya adalah Pemilu adalah satu cara untuk “mereformasi” pemerintahan kita (Presiden-Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD).

Hal ini termuat dalam konstitusi. (bahkan sekali lagi, kita semua memiliki perbedaan pendapat mengenai konstitusi kita!)

  1. Kita semua setiap hari selalu disuguhi oleh media betapa bobroknya keadaan Negara saat ini. Korupsi, pelecehan Internasional, kemiskinan, dsb. (untuk hal ini, apakah terdapat perbedaan pendapat diantara kita?”

Berkaitan dengan poin nomor 2, Bertolt Bracht, penyair Jerman mengatakan, “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir semua pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”

Kebahagiaan dan kesejahteraan kita dalam sandang, pangan, papan, pangan, pendidikan, dsb sangat bergantung oleh Pemerintah. Bila kinerja Pemerintah baik, maka kehidupan kita akan lebih baik.

Pemerintah tersebut, kita yang memilih lewat pemilu.

Siapa diantara kita yang tidak mau kehidupan yang lebih baik?

Mau tidak mau, suka tidak suka, sepakat tidak sepakat, sama ataupun berbeda, mau tidak mau untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik itu harus ada pemerintah yang lebih baik.

Mau tidak mau, suka tidak suka, sepakat tidak sepakat, sama ataupun berbeda, mau tidak mau untuk mendapatkan pemerintah yang lebih baik kita harus memilih dalam Pemilu.

Pemilu ibarat suatu kontrak batiniah. Misalnya, Anda menggunakan hak pilih Anda untuk memilih si Dadang, si Budi, si Marhaen. Lalu mereka memenangkan Pemilu. Bilamana suatu hari kerja mereka buruk, secara batiniah (tentu saja juga secara hukum) Anda memiliki hak untuk menjatuhkan mereka itu!

Namun misalnya Anda GOLPUT, Anda tidak memilih siapapun, Anda tidak memiliki kontrak batiniah dengan siapapun. Orang-orang yang memenangkan pemilu itu, menang bukan atas doa dan harapan Anda. Sehingga suatu ketika orang-orang tersebut tidak menjalankan amanah Konstitusi dengan baik, secara batiniah anda tidak memiliki hak untuk menjatuhkan mereka (secara hukum, punya).

 Kepada mahasiswa, ayo jangan GOLPUT!

Bila Anda golput oleh karena tidak setuju nya Anda dengan ini dan itu, berbeda nya pemikiran Anda dengan ini dan itu, maka rubahlah dan wujudkanlah idealisme Anda suatu saat nanti dengan cara-cara perjuangan yang baik!

Namun, saat ini, tahun ini, mau tidak mau dan suka tidak suka kita harus mendukung pemilu. Berpartisipasi dalam pemilu!

Memilih dalam Pemilu tidaklah sulit.

Kenalilah partai-partai dan orang-orang itu. Bila menurut Anda tidak ada yang baik,pasti ada yang paling baik dari yang terburuk.

Demi kehidupan yang lebih baik, harus ada Indonesia “baru”

Indonesia yang tidak ada ketimpangan antara KTI-KTB. Indonesia yang tidak miskin. Indonesia yang memiliki harga diri di dunia Internasional. Indonesia yang berpendidikan dan beradab. Indonesia yang bersatu

Dan Indonesia “baru” itu dibentuk oleh kita semua, tanggung jawab kita semua.

Tuhan tidak merubah suatu bangsa yang tidak berusaha merubah nasibnya sendiri!

Demi Indonesia Baru!

Kama Sukarno